Skripsi Sosial Ekonomi Pertani
Analisis Pendapatan Usahatani Kakao Sambung Samping Di Desa Hion Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai
Adris Taher(E 321 10 006). Analisis Pendapatan Usahatani Kakao Sambung Samping di Desa Hion Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai. Dibimbing oleh Effendy dan Dance Tangkesalu, 2016).
Indonesia memiliki potensial yang tinggi dalam mengembangkan sektor pertanian. Sektor pertanian khususnya bidang perkebunan memiliki komoditi unggulan salah satunya adalah kakao. Hal ini dibuktikan dengan mampunya kakao sebagai penyumbang devisa Indonesia peringkat keempat setelah kelapa sawit, karet, dan kelapa. Luas areal perkebunan kakao rakyat di Sulawesi Tengah pada tahun 2007 mencapai 206.081 ha dengan total produksi 179.575 ton (BPS Sulteng, 2008). Tingkat produktivitas kakao yang diusahakan petani di Sulawesi Tengah adalah 0,87 ton/ha/tahun. Tingkat produktivitas tersebut lebih tinggi dibanding dengan tingkat produktivitas kakao nasional yang hanya 0,64 ton/ha/tahun, namun masih sangat rendah bila dibanding dengan potensi produksi kakao unggul yang mencapai 2-2,5 ton/ha/tahun. Menyadari akan rendahnya tingkat produktivitas yang dicapai, pemerintah berupaya melakukan program Gerakan Nasional (Gernas) kakao yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah produksi kakao di Indonesia. Salah satu strategi yang ditempuh dalam upaya peningkatan jumlah produksi kakao adalah melalui penerapan teknologi sambung samping.
Penelitian dilakukan dengan tujuan mengetahui karakteristik responden petani kakao sambung samping dan menganalisis pendapatan usahatani kakao sambung samping di Desa Hion Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai, dan dilaksakan pada bulan Maret - April 2016.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hion Kecamatan Bunta Kabupaten Banggai. Metode yang di gunakan dalam pengambilan sampel adalah metode Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling), dengan penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin yaitu sebanyak 30 orang petani dari jumlah populasi sebanyak 91 orang petani yang memiliki jenis entris tanaman kakao S1 (Sulawesi 1) dan lahan yang diusahakan milik sendiri. Penelitian ini mengunakan analisis deskriptif dan analisis pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden petani di Desa Hion memiliki karakteristik yakni: sebagian besar petaninya laki-laki, rata-rata umurnya 44 tahun, rata-rata tingkat pendidikan formal 6 tahun (tingkat dasar) tergolong masih rendah, jumlah tanggungan keluarga rata-ratanya 3 orang, pengalaman berusahatani kakao rata-ratanya 20 tahun. Rata-rata penerimaan usahatani kakao sambung samping adalah Rp 80.071.666,66/1,43Ha atau Rp. 55.994.172,48/Ha, rata-rata total biaya usahatani sebesar Rp. 20.738.970,86/1,43Ha atau Rp. 14.502.776,82/Ha dan rata-rata pendapatan usahatani kakao sambung samping adalah Rp. 59.332.695,80/1,43Ha atau Rp. 41.491.395,66/Ha dan rata-rata pendapatan usahatani perbulannya sebesar Rp. 4.944.391,32/1,43Ha /bulan atau Rp. 3.457.616,30/Ha/bulan.
Tidak tersedia versi lain