Skripsi Budidaya Pertanian
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah Varietas Lembah Palu (Allium cepa L. var Aggregatum) dengan Kombinasi Pupuk Organik Padat dan Pupuk Organik Cair
Gracella Jilian Dungga (E 281 14 323). Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah Varietas Lembah Palu (Allium cepa L. var Aggregatum) dengan Kombinasi Pupuk Organik Padat dan Pupuk Organik Cair. (dibimbing oleh Syamsuddin Laude dan Muhammad Ansar, 2019).
Bawang merah (Allium cepa L. Kelompok Aggregatum) merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Produksi bawang merah varietas Lembah Palu dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk organik. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Sumber bahan organik yang dapat memperbaiki kondisi tanah adalah pupuk kandang. Salah satu pupuk yang berpotensi sebagai sumber pupuk organik adalah kotoran kambing. Kotoran kambing mengandung bahan organik yang dapat menyediakan zat hara bagi tanaman melalui proses penguraian. Kotoran kambing mengandung kadar hara yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya. Pupuk organik lain yang dapat dimanfaatkan dan mudah didapat ialah biourin sapi. Urin sapi adalah sisa sekresi dari metabolisme yang dilakukan oleh sapi. Urin sapi mengandung unsur nitrogen yang tinggi yang berguna untuk menyuburkan tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah dengan mengkombinasikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Manfaat penelitian ini yaitu dapat menjadi bahan informasi untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah dengan kombinasi pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juli 2018 di Desa Sidera, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan perlakuan yang terdiri dari A= Tanpa pupuk organik (kontrol), B= Pupuk organik cair (biourin sapi) 40 cc/liter air, C= Pupuk bokashi kotoran kambing 20 t/ha, D= Pupuk bokashi kotoran kambing 10 t/ha + pupuk organik cair (biourin sapi) 20 cc/liter air dan E= Pupuk bokashi kotoran kambing 20 t/ha + pupuk organik cair (biourin sapi) 40 cc/liter air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pupuk bokashi kotoran kambing dan biourin sapi berpengaruh nyata pada pengamatan jumlah daun (helai) umur 30 HST, berat segar akar (g) umur 20 HST, berat segar daun (g) umur 20 HST, dan berat kering daun (g) umur 20 HST. Sedangkan panjang daun (cm), berat kering akar (g), diameter umbi (mm), berat segar umbi per rumpun (g) dan berat kering umbi per rumpun (g), serta berat segar umbi per hektar (t/ha) tidak berpengaruh nyata. Perlakuan yang terbaik adalah kombinasi pupuk bokashi kotoran kambing 20 t/ha + pupuk organik cair (Biourin) 40 cc/liter air (E).
Tidak tersedia versi lain